Upacara Kebo Ketan IV, 2019 : "Sadarlah Hatinya Sadarlah Budinya" - Pojok Kiri Mataraman

Pojok Kiri Mataraman

Pojok Kiri Mataraman Kumpulan Berita Dan Informasi Terkini

Upacara Kebo Ketan IV, 2019 : "Sadarlah Hatinya Sadarlah Budinya"

Share This
Ngawi Pojok Kiri - Upacara Kebo Ketan merupakan kearifan seni budaya lokal yang berangkat dari keprihatinan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kraton Ngiyom dimana sejak tahun 2012 mulai berikhtiar untuk menyelamatkan mata air di Sendang Margo dan Sendang Ngiyom serta berusaha mengembalikan fungsi hutan penyangganya.

Diketahui, pada tahun 1998 hutan di kawasan sekitar sendang tersebut dijarah orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan berakibat debit mata air di sendang tersebut menurun tajam, yang semula mampu mengairi lebih dari 1000 hektar sawah disekitarnya kemudian berangsur-angsur mengalami penurunan dan akhirnya hanya mampu mengairi beberapa hektar sawah saja.

Upacara Kebo Ketan di Kabupaten Ngawi adalah sebuah karya seni spektakuler yang digagas oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kraton Ngiyom bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Ngawi, warga Desa Sekaralas dan Sekarputih, serta ratusan seniman dari berbagai daerah di Indonesia.

Upacara Kebo Ketan oleh Kraton Ngiyom yang bergerak di bidang “seni kejadian berdampak” dengan moto “Penawar Racun Divide Et Impera", juga dimaksudkan agar dapat berfungsi sebagai salah satu wadah lahir dan berkembangnya kreativitas seni rakyat Nusantara.

Kini empat tahun berjalan, Upacara Kebo Ketan tahun ini jatuh pada tanggal 8-9 November 2019, dengan mengusung tema "Sadarlah Hatinya Sadarlah Budinya", Upacara Kebo Ketan juga berupaya membangkitkan kesenian rakyat dengan serbuk silang kreativitas dan disiplin penciptaan dari Kraton Ngiyom sehingga melahirkan dua bentuk kesenian baru berupa musik Keroncong Jathilan (Kronjal) Kraton Ngiyom dan pentas prosesi Reog Mahesa Nempuh.


Upacara Kebo Ketan juga bercita-cita membantu kebangkitan seni budaya nasional sehingga diharapkan dapat menjadi wadah tumbuh dan berkembangnya kreativitas seni budaya nusantara, oleh karenanya, pada tahun ini berbagai karya seni kreatif dari berbagai daerah diberi ruang luas untuk tampil dan saling mempengaruhi.

Pada hari pertama penyelenggaraan Upacara Kebo Ketan 2019, Jum’at (08/11/19) diawali dengan “Guyangan Kebo Ketan” di Rumah Tua Sekaralas mulai pukul 16.00 WIB diiringi tari Topeng Losari Cirebon oleh Nani Dewi Sawitri. Pada malam harinya kelompok kethoprak Puspa Budaya dari Ngawi mementaskan satu kisah tentang Sendang Margo dan Sendang Ngiyom di lapangan Desa Sekaralas dengan judul “Mbah Kodok Rabi Peri”, berkisah tentang perkawinan adat Jawa antara seniman Kodok, Ibnu Sukodok dan Dewi Setyowati, danyang penjaga Sendang Margo dan Sendang Ngiyom. 

Dikisahkan Dewi Setyowati dalam usahanya melindungi mata airnya dan mengembalikan kondisi hutan yang dijaganya, dikisahkan menikah dengan seniman Kodok, Ibnu Sukodok, dari perkawinan tersebut selanjutnya Dewi Setyowati dan Ibnu Sukodok memiliki anak kembar dampit yang kemudian diberi nama Jaka Samudra dan Sri Parwati. Kedua anak ini tinggal di alam gaib, dan kini telah beranjak dewasa.

Mengetahui keduanya telah beranjak dewasa kemudian Ratu Kidul memerintahkan pada mereka berdua untuk ngenger, hidup bersama mengabdi dan belajar, pada Bagindo Milir, danyang Bengawan Solo, untuk belajar bagaimana caranya memperbaiki Bengawan Solo sehingga menjadi nadi budaya, sosial, ekonomi dan ekosistem yang indah, sesuai nama purbanya Wuluayu yang bermakna sungai yang indah.

Untuk menghayati pentingnya pengorbanan dalam proses belajar, dan untuk menyiapkan semua personil yang terlibat dalam membuat kejadian berdampak yang mengacu pada peningkatan kwalitas Bengawan Solo, maka Ratu Kidul memerintahkan untuk melaksanakan Upacara Kebo Ketan di Kabupaten Ngawi.


Puncak Upacara Kebo Ketan pada hari Sabtu (09/11/19) dimulai dengan penampilan kesenian Reog Ponorogo dari Desa Sekaralas, dimana sejak pagi hingga sore hari berkeliling menghibur masyarakat yang menyaksikan di sepanjang jalan yang dilaluinya.

Pada perayaan Kebo Ketan 2019 kali ini ada perubahan pada sang Kebo Ketan. Jika tahun lalu, sang Kebo Ketan berwarna hitam kelabu seperti kerbau di dunia nyata, maka tahun ini dalam rangka memupuk dan memantik kreatifitas, sang Kebo Ketan diberi dilukis berwarna merah oleh perupa pelopor seni mural komunitas di Yogyakarta, Samuel Indratma.

Selanjutnya sekitar pukul 16.00 WIB, dilaksanakan Sakralisasi Sang Kebo Ketan oleh Galih Naga Seno dan Rama Pandita Padma Wira Dharma, pemuka agama Kasogatan Jawa serta Dirajo Maharajo, dengan ritual Sriwijaya kuna di Rumah Tua Sekaralas.

Sore harinya, selepas Sholat Magrib dilaksanaksn arak-arakan Sang Kebo Ketan dari Rumah Tua Sekaralas menuju lapangan Desa Sekaralas. Sesampainya di lokasi yang dimaksud, Rombongan disambut oleh penampilan Sekar Pangawikan pimpinan Bambang Nursinggih. Kemudian Sang Kebo Ketan diserahkan kepada para sesepuh untuk disanggrahkan di panggungnya,

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya dilaksanakan Gelar Pasukan Semut dan bersama-sama dengan para tamu undsngan dan para hadirin dinyanyikan lagu Indonesia Raya lengkap 3 stanza sebagai tanda dimulainya Upacara penyembelihan Kebo Ketan. Dan sebelum disembelih seniman Bulukumba Andi Ichdar Farabi memberikan salam dan membaca mantra di dalam bahasa Bugis.

Setelah penyembelihan Kebo Ketan disampaikan beberapa sambutan kebudayaan. Setelah pidato kebudayaan, acara dilanjutkan dengan pentas seni menampilkan Mike bersama Merjinal band, Kronjal berkolaborasi-medley dengan artis-musisi lainnya diantaranya dua musisi asal Australia Margaret Bradley (instrumen tiup) dan Ron Reeves (perkusi).

Penampilan berikutnya Reog Mahesa Nempuh, berkolaborasi bersama Jathilan Among Budaya Kleco dari Kulonprogo, Raung Budaya dari Ambarawa, Bantengan Akur Hakarya Budaya dari Batu, Duta Seni Boyolali, dan Semoyo Endo Delanggu, dan Kalachakra Flow Art. Puncak prosesi UKK 2019 akan diakhiri dengan pembakaran Mahesa Dahana.

Penggagas Upacara Kebo Ketan, Bramantyo Prijosusilo menuturkan, sebagaimana penyelenggaraan sebelumnya, tidak ada rebutan makanan wajik-ketan merah-putih dan lainnya yang diarak. Panitia menyediakan makanan tersebut dalam jumlah yang cukup dari hasil panen mereka yang disisihkan selama hampir satu tahun sejak beberapa hari setelah Upacara Kebo Ketan 2018 selesai.

"Untuk bisa menikmati wajik-ketan merah-putih, Anda tidak perlu saling sikut dan berebut untuk memperolehnya. Datanglah pada Upacara Kebo Ketan 2019 di Desa Sekaralas Kecamatan Widodaren, Ngawi pada 8-9 November 2019 sambil menikmati panganan tersebut, Anda masih bisa melihat chaos-nya pertunjukan kolosal dari semaian ‘serbuk silang kreativitas’ seniman nusantara," ujar Bramantyo Prijosusilo. 

Sementara itu Bupati Ngawi Ir. H Budi Sulistyiono pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa, Pemerintahan Daerah Kabupaten Ngawi akan terus memberikan dukungan kepada seluruh masyarakat Ngawi yang punya daya kreatif dalam mengembangkan budaya bangsa dan sesuai dengan Trisakti Bung Karno yang mengatakan berkepribadian dalam kebudayaan. (day)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan

Pages