BERSIH DUSUN BANARAN DESA DEMANGAN KECAMATAN TANJUNGANOM LESTARIKAN BUDAYA LELUHUR - Pojok Kiri Mataraman

Pojok Kiri Mataraman

Pojok Kiri Mataraman Kumpulan Berita Dan Informasi Terkini

BERSIH DUSUN BANARAN DESA DEMANGAN KECAMATAN TANJUNGANOM LESTARIKAN BUDAYA LELUHUR

Share This
Pojok Kiri, Di era modernisasi, upacara tradisional sebagai wahana budaya leluhur bisa dikatakan masih memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Upacara tradisional yang memiliki makna filosofis sampai sekarang masih dipatuhi oleh masyarakat pendukungnya. Masyarakat tersebut bahkan takut jika tidak melaksanakan upacara tradisional akan mengalami hal-hal yang tidak diinginkan.

Sebagaimana halnya dusun Banaran desa Demangan kecamatan Tanjunganom kabupaten Nganjuk dalam perkembangan sejarah kebudayaan masyarakatnya mengalami akulturasi dengan berbagai bentuk kultur yang ada. Bahkan, corak dan bentuknya diwarnai oleh berbagai unsur budaya yang beraneka warna. Setiap warga masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda demikian juga dusun Banaran. Hal ini dikarenakan oleh kondisi sosial budaya masyarakat antara yang satu dengan yang lain berbeda. Kebudayaan sebagai cara berpikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan kelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam ruang dan waktu. Salah satu budaya yang menonjol adalah adat istiadat atau tradisi kejawen. Kebudayaan selalu menyajikan sesuatu yang khas dan unik, karena pada umumnya diartikan sebagai proses atau hasil karya, cipta, rasa, dan karsa manusia dalam menjawab tantangan kehidupan yang berasal dari alam sekitarnya.
Seperti yang diungkap oleh kepala dusun Banaran desa Demangan kecamatan Tanjunganom Nganjuk Suwandi membeberkan, upacara nyadran atau yang juga dikenal bersih dusun/desa yang dilaksanakan pada bulan Besar (Dzulhijjah) di Jum'at paing adalah bentuk kepercayaan turun temurun. Tradisi ini mempunyai hubungan dengan kepercayaan akan kekuatan diluar manusia.

"Kekuatan di luar manusia yaitu Sang Maha Pencipta alam semesta, dapat juga diartikan sebagai kekuatan supranatural seperti roh nenek moyang pendiri dusun Banaran, dan bisa juga roh leluhur yang dianggap masih memberikan perlindungan pada warga dusun dan keturunannya. Bahkan masih banyak masyarakat kami yang percaya bahwa tidak semua usahanya dapat berjalan lancar," ujar kepala dusun Banaran Suwandi.
Masih menurut Suwandi memaparkan, tantangan dan hambatan yang sulit dipecahkan, karena keterbatasan akal dan sistem pengetahuan masyarakatnya, sehingga masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan dengan akal mulai dipecahkan secara religi. Seperti pada hari Jum'at paing, dusun Banaran sejak pagi menggelar wayang kulit yang dimulai jam 08.00 WIB di halaman depan pemakaman umum masyarakat dusun Banaran dan malam harinya mulai jam 21.00 WIB juga menggelar wayang kulit di halaman depan rumah kepala dusun Banaran.
"Secara filosofis Nyadran adalah ritual simbolik yang sarat dengan makna. Menurut adat kejawen sadranan berarti berziarah kubur. Sadran berarti kembali atau menziarahi makam atau tempat yang dianggap sebagai cikal bakal suatu dusun atau punden, yaitu makam cikal bakal dusun Banaran. Sebelum berziarah kubur warga dusun Banaran terlebih dahulu membersihkan makam secara gotongroyong," ujar Suwandi lagi, disela-sela pagelaran budaya wayang kulit dengan dalang Ki Gondo Suparman dari Begadung Nganjuk dan lakon Pendowo Dharmo Temurune Wahyu (Ind)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan

Pages