Mendagri, Prof. H.M. Tito Karnavian, Memimpin Dengan Tiga Kecerdasan - Pojok Kiri Mataraman

Pojok Kiri Mataraman

Pojok Kiri Mataraman Kumpulan Berita Dan Informasi Terkini

Mendagri, Prof. H.M. Tito Karnavian, Memimpin Dengan Tiga Kecerdasan

Share This
Jakarta, Pojok Kiri - Menteri Dalam Negeri, Prof. H.M. Tito Karnavian, Ph.D., mengimami Ibadah Solat Jum'at Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Pegawai Lingkup Kemendagri di Mesjid An-Nuur, Kantor Kemendagri, Jakarta.

Hal tersebut disampaikan oleh Varhan Abdul Aziz, Sekretaris Eksekutif IBSW
(Indonesian Bureaucracy and Service Watch) saat usai menjalankan Sholat Jum'at bersama, Jum'at (17/01/2020).

"Shalat Jum'at lalu kebetulan saya sedang dekat Istana. Iseng pilih Shalat Jum'at di salah satu Institusi Nasional. Saya datang agak belakangan. Pada saat itu Imamnya tidak kelihatan oleh saya yang berada di belakang. Tapi kok, sepertinya suaranya tidak asing. Sholat Jum'at selesai, usai zikir dan akan beraktifitas. Benar hati mengira, Prof. H.M. Tito Karnavian yang jadi Imam," ujar Varhan Abdul Aziz.

"Agak merinding rasanya. Karena baru pertama menyaksikan Menteri  langsung mengimami Shalat. Sebagai Pemantau Birokrasi, keluar masuk banyak Kementerian, numpang Shalat dari satu gedung ke gedung lain sudah jadi langganan. Tapi hari ini ada satu penilaian yang spesial. Serius saya terkesan," tutur Varhan Abdul Aziz.

"Saya adalah Alumni dari ESQ 165 Ary Ginanjar Agustian. Selain itu saya juga seorang trainer yang mendalami penerapan materi tersebut. Dimana kecerdasan manusia terbagi menjadi 3, Intelligence Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), dan Spiritual Quotient (SQ). Pertanyaanya, berapa banyak pemimpin yang memiliki kemapanan kecerdasan di ketiga bidang tersebut?," papar Varhan Abdul Aziz.

Menurut Varhan Abdul Aziz, IQ dijadikan tolak ukur utama sejak tahun 1890 hasil penemuan Francis Galton. Sejak 1987 Keith Basley menyatakan EQ lebih penting dari IQ. Barulah pada 1997 Danah Zohar menemukan pelengkap landasan kecerdasan yaitu SQ - Spiritual Quotient.

"Mendadak saya kepikiran menganalisa seorang Tito Karnavian. Secara IQ, dia tidak bisa dibilang kurang. Seorang Profesor, track recordnya menjadi penguji Disertasi Doktoral sudah dijalaninya. Irjend Boy Rafi Ahmad pernah dikupas habis Disertasinya dengan pembahasan yang detail dan sangat ilmiah. Seorang mantan Kapolri, Jenderal yang Professor, dua puncak paripurna diraih. Hatrick jadi Menteri pula," gumam Varhan Abdul Aziz, sambil memakai sepatu dan tampak termenung.

"Dipikir-pikir Tito jadi Kapolri meloncati 5 angkatan. Kapolri sebelumnya angkatan 82, dia 87. Ada banyak bintang 3 yang sudah lebih lama dan matang bintangnya. Seniornya di Akpol, yang dulu membina dia, menyuruh push up dan lain-lain. Lalu berada di bawah komandonya. Kalau bukan orang yang cakap dengan mentalitas dan matang emosionalnya takkan bisa," ujar Varhan Abdul Aziz.


"Empat tahun lalu saya meragukan, ia bisa mengelola dinamika senioritas yang perlu seni tinggi. Ternyata mulus ia jalani sebagai Kapolri. Masih sisa-sisa tahun bahkan, sudah diminta amanah baru oleh Presiden Jokowi. Dalam semalam statusnya berganti jadi sipil 100%, jadilah Dia Mendagri. EQ test passed. Memimpin orang yg lebih senior butuh kematangan emosional dan komunikasi yang gacor. Anda lulus pak," teriak Varhan Abdul Aziz sambil sesekali berdecak kagum.

Varhan Abdul Aziz membeberkan, Spiritual menjadi satu tantangan besar, ada orang cerdas dan baik, tapi kehidupannya jauh dari beragama, kalaupun ada hanya sesekali ritual belaka, work hard play hard. Hidup senang-senang Professional, tapi Imannya kosong.

"Istri pak Tito berjilbab, warisan Jilbab  Polwan era Kapolri Bahrudin Haiti diteruskan tidak dicabut. Hak berhijab dipenuhi. Padahal dulu mantan Kepala BNPT, yang sering dituduh ini itu, tapi sabar saja kayaknya dia, Lurus jalankan tugas. Yang sering main ke Trunojoyo, akan sering lihat di Masjid Mabes Polri rajin sekali pengajian. Indah sekali suasana sejuk Masjid sana," kata Varhan Abdul Aziz.

Masih menurut Varhan Abdul Aziz, Mahfud MD, Menko Polhukam dalam tulisannya di Kompas "Tidak ada Islamophobia di Indonesia." Memuji Polri di era Kapolri Tito Karnavian, memiliki pola keislaman yang baik. Polisi dalam penanganan demo, sholat berjamaah di jalan bahkan berzikir Asmaul Husna. Santunan Yatim di kediamannya sering di lakukan bahkan pernah sisaksikan langsung Mahfud MD saat itu. Baca tulisanya maka hati jadi tenang. 

"Baru beberapa hari ramai di media, video Mendagri mendapat penghargaan dari Presiden Singapura. Saya yang menonton tertegun, itu dengan Pakaian Dinas Upacaranya Pejabat Indonesia bisa sampai ke Negeri Singa dengan perghargaan  tertinggi Negara sana, kalau  bukan karena high achivement yang dia ukir, apa sampai itu PDU ke negeri situ," imbuh Varhan Abdul Aziz.

"Memori saya flashback 2 tahun lalu, saat saya melakukan penyuluhan ke 200 sekolah se-Sumsel. Salah satu sekolah yang saya singgahi SMAN 2 Palembang. Saya baru tahu kalau Pak Tito sekolah disana. Ada fotonya waktu masih siswa sempat saya lihat. Guru-guru kalau cerita tentangnya semangat sekali, seperti ada taburan bangga yang ingin dibagi. Inspirasi, 1 orang Tito Karnavian menjadi gemilang, membuat jutaan lain anak Palembang dibelakang punya harapan masa depan yang tinggi ditanam. Optimisme itu tumbuh karena perintis yang lahir," tandas Varhan Abdul Aziz.

"Oalah saya jadi bengong kelamaan. Kok saya jadi semangat lagi hidup ya. Tito Karnavian saja bisa jadi Mendagri. Kita juga bisa jadi Pemimpin! Mimpi saja dulu, karena gratis. Tapi tekuni semua yang dilakukan. Sukarno pernah berkata, "Bermimpilah setinggi langit, jangan takut jatuh. Karena jika engkau  jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang." Bersiap-siap, jadi Tito Karnavian selanjutnya," pungkas Varhan Abdul Aziz. (day)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan

Pages