HIDUPKAN JIWA GOTONG ROYONG SEBAGAI SOLUSI - Pojok Kiri Mataraman

Pojok Kiri Mataraman

Pojok Kiri Mataraman Kumpulan Berita Dan Informasi Terkini

HIDUPKAN JIWA GOTONG ROYONG SEBAGAI SOLUSI

Share This
Madiun, Pojok Kiri– Menggunakan sepeda motor kesayangannya, laki-laki berkumis itu berkeliling ke desa-desa yang menjadi wilayah binaannya di Kabupaten Ponorogo. Namanya Suhadi, seorang Kader JKN yang bukan sembarang Kader. Suhadi terpilih sebagai supervisor Kader BPJS Kesehatan Cabang Madiun. Ia juga tercatat sebagai Kader yang paling banyak mendapat respon positif dari peserta yang menjadi binaannya.

“Menjadi Kader itu yang paling penting harus mudah bergaul karena kita terjun langsung ke peserta,” ungkap Suhadi.

Berawal dari keikutsertaannya menjadi aktivis kemanusiaan di desa, laki-laki asal kota Reog ini mengetahui ada program Kader JKN dan tertarik mengikuti program ini.

“Sebelumnya kan saya bekerja untuk mencari nafkah keluarga dan diri sendiri makanya setelah pensiun saya ingin mengabdikan diri ke masyarakat. Saya lalu aktif di desa dan tau ada Kader ini lalu saya mendaftarkan diri sebagai Kader,” jelas Suhadi.

Suhadi mengaku menjadi Kader adalah salah satu solusi untuk menghidupkan kembali nilai leluhur bangsa Indonesia yaitu gotong royong.

“Gotong royong kita kian memudar karena perkembangan zaman yang makin modern. Dengan menjadi Kader saya bisa kembali menghidupkan sistem gotong royong di masyarakat,” kata Suhadi.

Menjalani aktivitas sebagai Kader membuat bapak tiga orang anak ini mendapatkan banyak pengalaman suka maupun duka. Salah satu pengalaman favoritnya adalah ketika ia berhasil menyadarkan warga tentang pentingnya mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS Kesehatan sebelum sakit.

“Kebanyakan mereka itu berpikir saat sakit saja baru mendaftar, jadi saya harus mengubah pola pikir itu menjadi pola pikir tersebut. Ketika saya berhasil menyadarkan mereka ada perasaan bangga dalam diri saya,” kata Suhadi penuh semangat.

Selain itu, Suhadi tentunya mendapat berbagai tantangan ketika terjun di lapangan seperti cuaca dan keluhan peserta.

“Kendala saya itu pertama cuaca. Saya kan keliling ke desa-desa terpencil yang jalannya bukan aspal, jadi kalau turun hujan juga agak mempersulit akses saya ke lokasi. Terus kendala kedua itu peserta yang marah, tapi untuk yang ini saya mudah mengatasinya. Kemarahan peserta itu disebabkan ketidaktahuan, jadi saya sampaikan informasi sejelas-jelasnya dan jangan lupa sabar, kalau sudah jelas peserta tidak akan marah lagi,” cerita Suhadi. (ar/ic/yah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan

Pages