Hal ini dibuktikan dengan shoting acara joglo lawas dibawah pimpinan produksi Jo Klitik, Acara ini dikemas dalam segmen bincang santai khas tradisi, digelar pada Rabu (15/11).
Dikonfirmasi kepada Jo Klinik yang juga Seniman Jawa, agenda ini sengaja dibuat mengambil tema keberadaan kesenian yang sudah hampir punah dan asing karena jarang di pertontonkan.
Dirinya menyebut keberadaan Sudirman sebagai seniman yang dulu identik dengan penari jathil lanang perlu terus diungkit dan dikenalkan kepada generasi. Mengingat hal ini sekarang sudah tidak ada dan juga bagian dari sejarah kesenian reyog dimana sekarang masyarakat sudah tergantikan dengan jathil perempuan.
Dalam sesi wawancara Sudirman yang juga merupakan pimpinan dari sanggar tari tadika puri Paju ini menjelaskan bagaimana eksistensi dirinya sebagai seniman sudah sejak kecil. Bahkan kehidupan eksistensinya juga tidak lepas dari tradisi berkesenia Ponorogo.
Dirinya juga komit dengan even baik tari maupun reyog dan lainnya digelar secara rutin di Joglo Paju. Baik oleh komunitas seni lokal maupun pertunjukan oleh para seniman muda dalam rangka regenerasi.
Sudirman berharap keberadaan Joglo Paju sanggar tari tadika puri dan segala jerih payahnya dengan berbagai giat terhadap pelestarian seni khususnya seni ponorogo bisa menjadi bagian khasanah sekaligus melestarikan kebudayaan luhur asli bumi reyog.
Dirinya menyatakan keberadaan seni dan budaya sebagai bagian dari warisan luhur harus terus dikayuh pertahankan dan masyarakat tidak boleh tercabut dari akar budaya. Dimana budaya ponorogo khususnya adalah warisan luar biasa dari para pendahulu.
Acara joglo ndeso di TVRI Surabaya disiarkan secara rutin pada setiap hari Jumat jam 17.00 atau 5 sore untuk regular. Dan siaran ulang rabu Jam 9. Untuk agenda roadshow joglo ndeso sendiri sudah mengitari banyak kota kabupaten di Jawa timur diantaranya Blitar tulungagung, Surabaya dan Kediri. (Triz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar